YUSO VOLLEY

Yuwana Sarana Olah Raga Yogyakarta

  • HOME
  • BERITA
  • KOMPETISI
    • Proliga
    • Livoli
  • KLUB
    • PEMAIN
    • Sejarah
    • Susunan Pengurus
    • Arti Logo Yuso
    • PERNIK
  • AKADEMI
  • KONTAK
  • PERNIK
  • Kaos Tim Kejurda Remaja Putra / Kandang (2019)
    Rp.1000,-
  • Kaos Tim Kejurda Remaja Putri / Tandang (2019)
    Rp.1000,-
  • Kaos Tim Kejurda Senior Putri / Kandang (2019)
    Rp.1000,-
  • Kaos Tim Kejurda Remaja Putra / Tandang (2019)
    Rp.1000,-
  • Kaos Tim Kejurda Remaja Putri / Kandang (2019)
    Rp.1000,-
  • Kaos Tim Kejurda Senior Putra / Tandang
    Rp.1000,-
  • Kaos Tim Kejurda Senior Putra / Kandang
    Rp.1000,-


  • AKADEMI LAINNYA

  • MENGELOLA HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM PROSES PELATIHAN OLAHRAGA
  • FILOSOFI PELATIHAN OLAHRAGA
  • YUSO YOGYAKARTA - bagian 1

  • DETAIL AKADEMI

MENGELOLA HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM PROSES PELATIHAN OLAHRAGA

Senin, 30 Juli 2012 | 06:24 WIB

 

Ketika seseorang memutuskan untuk memilih profesi sebagai guru, pertama-tama yang perlu dipikirkan adalah bagaimana bisa mempengaruhi orang lain yaitu anak didik agar dapat dibawa ke tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi bila profesi pelatih yang menjadi pilihan hidup, tentu tidak hanya sebatas bagaimana bisa mempengaruhi anak latih tetapi lebih dari itu, pelatih harus mampu mempengaruhi lingkungan terutama lingkungan yang berkaitan langsung dengan tugas dan tanggung jawabnya, agar kinerja anak latih dapat lebih optimal baik dalam latihan maupun pertandingan.  Di dalam dunia olahraga, proses perilaku mempengaruhi orang lain meliputi aspek pembuatan keputusan, teknik memotivasi, memberikan umpan balik, menetapkan hubungan interpersonal dan mengarahkan kelompok dengan penuh percaya diri. Seorang pemimpin tidak hanya tahu sasaran yang hendak dicapai, tetapi juga langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut. Salah satu tugas pelatih sebagai seorang profesional adalah harus mampu berperan sebagai seorang public relations, untuk itu pelatih harus memiliki ketrampilan interpersonal sehingga mampu bekerja lebih efektif dengan staf pelatih, administrator, tenaga, medis, official pertandingan/perlombaan, orang tua atlet dan media masa. 


KETRAMPILAN INTERPERSONAL


Dalam sebuah organisasi olahraga, penampilan atlet adalah manifestasi dari sebuah kepemimpinan yang memiliki keterampilan khusus, visioner dan komitmen yang tinggi untuk mengembangkan keahliannya secara terus menerus.  Pelatih sebagai seorang pemimpin perlu memiliki ketrampilan interpersonal  agar mampu menggerakkan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pelatihan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari banyak keterampilan interpersonal yang perlu dikembangkan, ada empat hal yang perlu dikuasai bila seseorang ingin memilih profesi sebagai pelatih olahraga agar keberhasilan menjalankan tugas dapat terlaksana dengan baik. Ke empat hal tersebut yaitu: kemampuan mempercayai diri sendiri dan orang lain, kemampuan berkomunikasi secara efektif, kemampuan menerima orang lain, dan kemampuan dalam mengatasi konflik.


Mempercayai diri sendiri dan orang lain


Dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin, pelatih diharapkan memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain dengan cara mengerti dan berusaha memahami orang-orang tersebut. Mike Krzyzewski dalam Rainer Martens (2004:440), menyatakan almost everything in leadership comes back to relationships.The only way you can possibly lead people is to understand people. And the best way to understand them is to get to know them better. Untuk itu pelatih harus mampu melihat potensi kekuatan yang dimiliki, mampu berkomunikasi dengan baik dan memperhatikan penampilan diri.


Kepercayaan dikembangkan tidak hanya dengan cara membuka diri, tetapi juga dengan kenyataan adanya kejujuran, keikhlasan, dan keaslian. Kepercayaan juga bersumber pada integritas, yang berarti melekat pada prinsip-prinsip moral dan etika. Integritas akan menurun bilamana pelatih biasa melakukan  intimidasi terhadap orang lain, tidak satunya kata dengan perbuatan, dan membicarakan kejelekan orang lain. Sedangkan integritas meningkat bila pelatih mendorong dan membantu orang lain mencapai tujuan, memperhatikan, dan memperlakukan semua orang dengan penuh tanggung jawab. Agar pelatih mampu berperan secara positip terhadap lingkungan maka langkah-langkah berikut perlu dilakukan, yaitu:1) mengenal diri sendiri (who you are and what you want to be), 2) mencintai diri sendiri (become person you can like), 3)memiliki kepercayaan diri  untuk membuka diri dengan orang lain untuk mengembangkan hubungan yang berarti, 4) Bekerja dengan integritas, 5) mengembangkan kepercayaan, dan pada akhirnya melalui hubungan yang saling percaya akan menjadikan pelatih memiliki pengaruh yang positip terhadap lingkungannya. 
 

Berkomunikasi secara efektif


Komunikasi merupakan salah satu kunci utama efektifitas kepemimpinan. Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam membangun kesuksesan suatu hubungan. Komunikasi tidak sekedar memberikan umpan balik, melakukan koreksi bila terjadi kesalahan, tetapi juga mengutarakan pandangan dan pendapat secara jelas, memberikan instruksi secara tepat, atau merumuskan berbagai persoalan dan jalan pemecahannya dengan melalui langkah yang tepat pula. Seorang pelatih diharapkan untuk membina komunikasi dengan para atlet, orang tua atlet, coaching staf, tenaga medis, media, staf organisasi, petugas-petugas pertandingan, dan relasi lain secara baik dan berkesinambungan, karena komunikasi merupakan jembatan yang membentuk hubungan interpersonal.


Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam membangun kesuksesan suatu hubungan. Salah satu aspek keberhasilan dalam berkomunikasi adalah kemampuan untuk mendengarkan, meskipun mendengarkan tampak sebagai sesuatu yang sangat mudah, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa mendengarkan merupakan keterampilan yang sulit untuk dilakukan terlebih bagi para pelatih yang terbiasa sibuk dengan instruksi kepada para atletnya. Martens (2004:112) menyatakan bahwa bila kemampuan mendengar tidak terbiasa dilatih, kemungkinan informasi yang diserap dalam berkomunikasi melalui pendengaran hanya berkisar 20 % dari seluruh informasi yang seharusnya diterima, sehingga ada sekitar 80% informasi yang kemungkinan keliru atau sama sekali tidak dimengerti. Ada empat alasan perlunya mendengarkan orang lain dalam upaya membangun hubungan, yaitu: 1) menunjukkan respek, 2) membangun relasi, 3)meningkatkan pengetahuan, dan 4) membangun kesetiaan.


Disamping itu, dengan mendengarkan secara aktif, seorang pelatih akan lebih mampu memahami jalan pikiran orang lain, dan akan lebih mudah baginya kelak untuk membantu mencarikan solusi permasalahan yang dihadapi dalam program pembinaan olahraga yang dilakukannya. Meningkatkan kemampuan mendengarkan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:


1.    Menghargai lawan bicara bahwa apa yang disampaikan adalah penting dan berusaha untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa informasi yang disampaikan sudah dipahami secara keseluruhan.

2.    Konsentrasi terhadap lawan bicara, artinya bahwa jangan sampai membagi perhatian dengan kegiatan-kegiatan yang lain meskipun mendengar secara jelas setiap kata dan bahkan mampu untuk menirukan seluruh kalimat yang diucapkan oleh orang lain, keadaan ini dimaksudkan untuk menghindarkan anggapan adanya ketidak terlibatan secara psikologis dengan pembicara.

3.    Menghindarkan diri dari upaya memotong pembicaraan. Banyak kasus seseorang memotong pembicaraan orang lain dengan mengantisipasi isi pesan  yang akan disampaikan secara lengkap kemudian menanggapinya sesuai dengan jalan pikirannya tetapi kemudian ternyata apa yang dimaksudkan oleh pembicara sangat jauh berbeda. Memotong pembicaraan lawan juga mungkin disebabkan karena tidak sabar menunggu informasi secara lengkap karena menghadapi lawan bicara yang terlalu pelan dalam berbicara. Perlu diingat bahwa kemampuan orang mendengar jauh lebih cepat dibandingkan dengan berbicara.

4.    Menghargai hak orang lain untuk memberikan pandangan-pandangannya. Sangat penting untuk mendengarkan orang lain terlebih kepada atlet, tidak hanya tentang kekhawatiran atau masalah-masalah yang dihadapi tetapi juga kegembiraan dan prestasi-prestasinya. Kemampuan menanggapi pandangan-pandangan atlet sangat penting bagi pelatih dalam upaya membentuk sikap dan kepribadiannya.

5.    Menekan kecenderungan merespon secara emosional apa yang disampaikan oleh lawan bicara. Berpikir secara positip mengapa seseorang berkata demikian dan bagaimana merespon secara kontruktif adalah salah satu ciri kematangan kepemimpinan dalam olahraga.

Kurangnya keterampilan mendengarkan akan mengganggu proses komunikasi. Ketika seseorang secara mendadak menghentikan pembicaraannya dengan anda, tentu anda tidak akan segera tahu dan memahami mereka, dan ketika seseorang tidak mau mendengarkan anda, maka anda tidak dapat mempengaruhinya. Pelatih yang kurang memiliki keterampilan mendengarkan biasanya akan memiliki masalah yang berkaitan dengan disiplin dengan para atletnya. 
  

Menerima orang lain


Untuk membangun hubungan dengan orang lain, pelatih tidak hanya membuka diri terhadap orang lain tetapi juga harus mampu membuka diri untuk orang lain. Bila pelatih menginginkan orang lain menerima dan mendukung pekerjaannya, maka ia harus mampu dan mau menerima serta mendukung orang lain. Sebagai pribadi, mungkin pelatih mencela tingkah laku seseorang karena tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, tetapi bagaimanapun juga harus tetap mampu menerima dan care terhadapnya agar orang-orang tersebut secara psikologis merasa nyaman dalam menjalin kerjasama.

Seorang pelatih perlu menyadari akan adanya berbagai kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Tanpa kesediaan untuk bersikap terbuka, pelatih justru menutup diri terhadap sejumlah kemungkinan yang sesungguhnya dapat memberikan jalan baginya untuk mencari berbagai solusi dalam memfasilitasi usaha peningkatan prestasi atletnya.

Sebagai pelatih yang berpengaruh, memperhatikan orang lain melalui pujian yang bersifat persuasif merupakan daya tarik tersendiri dibandingkan dengan tindakan-tindakan yang bersifat menekan, seperti Motto yang disampaikan oleh William Ward sebagai berikut:

- Sanjunglah saya, dan mungkin saya tidak mempercayaimu

- Celalah saya, dan mungkin saya tidak menyukaimu

- Abaikan saya, dan mungkin saya tidak memaafkanmu

- Semangatilah saya, dan saya  tidak akan melupakanmu


Memecahkan konflik


Banyak orang berpendapat bahwa hubungan yang baik tidak pernah ada konflik, pendapat tersebut tidak seluruhnya benar, sebab setiap hubungan pada hakekatnya mengandung dan rentan akan terjadinya konflik serta ketidak cocokan. Konflik terjadi ketika seseorang mencegah, menghalangi atau mencampuri  kegiatan orang lain. Dalam dunia kepelatihan olahraga, mengingat selama pelaksanaan kompetisi selalu melibatkan banyak orang, maka konflik tidak dapat dihindari dan bahkan mungkin akan sering muncul. Pelatih dituntut untuk mampu mengatasi konflik yang terjadi dalam upaya menjaga tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu pelatih perlu memiliki  keterampilan memecahkan masalah secara konstruktif, sebab bila didalam menangani konflik pelatih sering menemui kegagalan maka akan menurunkan relasi dan tidak dapat menciptakan pengaruh yang positip terhadap lingkungan. Konflik sering tampak sebagai sesuatu yang negatip, tetapi bila kita mampu mengelola dengan baik akan memberikan nilai yang sangat berarti dengan cara menjernihkan masalah-masalah, mendorong adanya perubahan, dan membimbing terhadap pemecahan masalah yang lebih baik.

Langkah yang paling bijaksana dalam mengelola konflik adalah dengan mengontrol emosi dan menyadari bahwa konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dari sebuah hubungan. Dalam upaya mengatasi konflik pelatih diharapkan tetap menjaga tujuan dan mempertahankan hubungan. David Johnson dalam Rainer Martens (1985:61) menggambarkan  adanya lima tipe pengelolaan konflik yang didasarkan pada tujuan dan pemeliharaan hubungan yang kesemuanya diambil dari sifat-sifat hewan ketika menghadapi masalah, ke lima tipe tersebut adalah:

1.    Tipe Kura-kura, tipe ini memandang hubungan interpersonal dan tujuan tidak berarti ketika timbul konflik, keadaan ini seperti kura-kura yang akan lari  dan menghindarkan diri dari adanya konfrontasi dengan menarik diri kedalam tempurungnya. Kura-kura takut konfrontasi atau percaya bahwa konfrontasi tak ada artinya dalam memecahkan masalah. Dalam kepelatihan olahraga, seringkali kita melihat para atlet dan official segera meninggalkan lapangan dan menjauh dari fans manakala mengalami kegagalan setelah menjalani pertandingan atau perlombaan.

2.    Tipe Ikan Hiu, tipe ini menganggap tujuan jauh lebih penting daripada relasi. Orang-orang dengan tipe ini pada dasarnya akan selalu memperhatikan tujuan yang hendak dicapai dengan sedikit memperhatikan relasi. Konflik dianggap sebagai sebuah permainan ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang, dalam upaya untuk memperoleh kemenangan perlu adanya perencanaan dengan cara menyerang, menyergap dan mengintimidasi bila diperlukan, sedangkan bagaimana perasaan orang lain itu tidak begitu diperhatikan dan merupakan sebuah konsekuensi yang harus diterima.

3.    Tipe koala, tipe ini mengganggap bahwa hubungan jauh lebih penting sehingga rela mengorbankan tujuan. Tipe ini memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk menerima persahabatan dan menghindarkan kemungkinan munculnya konflik karena orang dengan tipe ini percaya bahwa konflik tidak dapat dikelola tanpa merusak relasi.  

4.    Tipe Burung Hantu, tipe ini menganggap tujuan dan hubungan sama sangat pentingnya. Pemecahan masalah dengan pendekatan burung hantu adalah mengkonfrontasikan dengan orang lain untuk mencari solusi bahwa pencapaian tujuan bersama akan meningkatkan relasi.

5.    Tipe Rubah, tipe ini menganggap tujuan dan hubungan diletakkan dalam tingkat moderate sama pentingnya. Konsekuensi pemecahan masalah bila muncul konfrontasi adalah dengan melakukan kompromi, mau mengorbankan sebagian tujuan bila orang lain juga mau melakukannya. 

 

 

 

Share : Tweet
Sitemap | Disclaimer | Contact Us | Copyright © 2011. YUSO. All